Pendahuluan
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas di pos sektor khusus (Seksus) Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, memiliki banyak peran penting. Selain menjadi pemandu arah bagi jemaah yang nyasar, mereka juga memberikan bimbingan soal ibadah bagi para jemaah haji. Masjidil Haram sendiri merupakan pusat kegiatan jemaah haji dari seluruh dunia, yang padat dengan aktivitas umrah, salat, dan membaca Al-Qur’an setiap harinya.
Analisis
Padatnya jemaah dan luasnya Masjidil Haram membuat banyak jemaah, khususnya dari Indonesia, sering salah arah. Kesalahan arah ini terutama terjadi ketika jemaah hendak menuju terminal bus shalawat yang digunakan untuk perjalanan ke hotel. Contohnya, jemaah yang harusnya ke Terminal Syib Amir malah datang ke Terminal Jabal Ka’bah, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Suhu yang ekstrem, mencapai 46 derajat Celcius, menjadikan situasi ini semakin menantang dan berpotensi membahayakan kenyamanan dan kesehatan jemaah.
Dalam kondisi seperti ini, petugas haji berperan sebagai pemandu dan pendamping yang membantu para jemaah menemukan arah dan fasilitas yang tepat. Selain itu, petugas juga menangani kasus-kasus lain seperti jemaah yang terpisah dari rombongan, kelelahan, dan kebutuhan layanan khusus untuk lansia dan difabel.
Data Pendukung
Kaseksus Masjidil Haram PPIH 2025, Bahrul Ulum, menyatakan bahwa saat ini ada 75 personel yang bertugas di Seksus Haram. Mereka terdiri dari petugas pelindungan jemaah (Linjam), bimbingan ibadah (Bimbad), Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKPPJH), serta layanan untuk lansia dan difabel. Petugas ini bekerja secara bergantian dalam tiga sif setiap hari untuk mengcover kebutuhan jemaah 24 jam penuh.
Petugas juga memberi perhatian khusus pada tiga titik penting yaitu Terminal Syib Amir, Jiad, dan Jabal Ka’bah, yang merupakan titik masuk dan keluar jemaah haji Indonesia ke dan dari Masjidil Haram ke hotel mereka.
Contoh konkret adalah pengalaman yang dialami oleh Rasmawar, anggota Seksus Masjidil Haram yang sehari-harinya bertugas sebagai polisi wanita. Dia kerap kali diminta bantuan untuk proses ibadah, seperti tahalul, dan juga membantu jemaah lansia yang kesulitan orientasi arah atau bingung dengan proses ibadah mereka. Rasmawar bahkan mengantar jemaah ke terminal yang benar dan membantu kelancaran ibadah mereka di tengah suhu dan kondisi yang penuh tantangan.
Kesimpulan
Peran serba bisa petugas haji di Masjidil Haram sangat krusial untuk memastikan kenyamanan, keselamatan, dan kesempurnaan ibadah para jemaah. Mereka bukan hanya menjadi pemandu arah, tetapi juga sebagai pendamping dan pembimbing spiritual dalam situasi yang penuh tantangan. Dengan adanya petugas yang sigap dan hadir secara menyeluruh, jemaah haji dapat menjalankan ibadah dengan lebih tenang dan teratur meskipun berada di tengah keramaian dan kondisi ekstrem.
Penting bagi jemaah haji untuk senantiasa berkomunikasi dan mengikuti arahan petugas, serta mempersiapkan diri secara matang menghadapi kondisi di tanah suci. Sedangkan pihak penyelenggara haji perlu terus meningkatkan jumlah dan kualitas petugas serta fasilitas pendukung agar pelayanan kepada jemaah semakin optimal, sehingga tercipta pengalaman ibadah yang bermakna dan lancar.