Menteri Wihaji Mau Belajar ke Pemprov DKI Buat Kartu Lansia: Ini Alasannya

Pendahuluan

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji berencana mempelajari program Kartu Lansia yang diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Program ini akan menjadi bagian dari inisiatif nasional bernama Lansia Berdaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia di Indonesia.

Pada tahun 2045, diperkirakan sekitar 20 persen populasi Indonesia akan masuk kategori lansia. Oleh karena itu, pemerintah tengah melakukan berbagai upaya untuk memberikan perhatian, dukungan, dan fasilitas yang layak kepada kelompok usia ini.

Analisis Program Kartu Lansia dan Dampaknya

Menurut Mendukbangga Wihaji, lansia tidak harus selalu dianggap sebagai individu yang tidak produktif atau tidak berdaya. Sebaliknya, banyak lansia yang masih mampu berkontribusi secara aktif di berbagai bidang, termasuk kewirausahaan (Lansia Entrepreneur). Program Lansia Berdaya berfokus pada pemberdayaan lansia agar mereka tetap aktif dan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sosial.

Dari pengalaman di Singapura dan negara maju lainnya, lansia masih banyak yang produktif dan berpartisipasi aktif di dunia kerja. Bahkan sejumlah perusahaan swasta memberikan kesempatan kerja khusus untuk lansia sebagai bentuk pemanfaatan potensi umur yang ada tanpa melanggar aturan.

Program Kartu Lansia yang sedang dipelajari oleh Mendukbangga Wihaji bertujuan memberikan berbagai fasilitas seperti diskon tiket transportasi umum, tempat wisata, tiket pesawat, serta kemudahan layanan kesehatan gratis dan diskon obat. Fasilitas ini merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap lansia yang telah berkontribusi melalui pajak dan pengabdian mereka selama hidup.

Masalah utama yang sering dialami lansia saat ini adalah kesepian. Wihaji menyebutkan bahwa kegiatan yang disukai lansia antara lain jalan-jalan, pengajian, healing, dan bernyanyi sebagai cara mengatasi kesepian tersebut melalui aktivitas sosial dan rekreatif.

Inisiatif dan Aktivitas Pendukung Lansia

Untuk mengatasi kesepian dan mendukung aktivitas lansia, Kemendukbangga mengembangkan beberapa program seperti Sekolah Lansia, Bina Keluarga Lansia (BKL), dan Lansia Entrepreneur. Sekolah Lansia merupakan wadah pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, menjaga kesehatan, dan mendorong partisipasi sosial mereka.

Program BKL menargetkan pembinaan keluarga yang anggotanya lansia supaya tetap aktif dan produktif. Di DKI Jakarta sendiri, terdapat 534 kelompok BKL dengan total anggota mencapai 10.267 orang dan 10 Sekolah Lansia dengan 2.006 siswa. Program ini bekerja sama dengan berbagai mitra strategis seperti universitas dan yayasan.

Data Pendukung dan Fakta Statistik

Menurut data, saat ini sekitar 11,7 persen penduduk Indonesia sudah masuk usia lansia (60 tahun ke atas). Angka harapan hidup Indonesia juga meningkat mencapai 74 tahun, menunjukkan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

Jumlah lansia di DKI Jakarta mencapai 759.251 orang dari total penduduk sekitar 7.333.132 jiwa. Jumlah ini terus bertambah setiap tahun sehingga program pemberdayaan lansia menjadi sangat penting untuk keberlangsungan kesejahteraan mereka.

Kolaborasi antara pemerintah daerah, pusat, dan berbagai mitra strategis mendukung pelaksanaan program-program lansia sehingga lebih efektif dan dapat menjangkau lebih banyak lansia di seluruh daerah.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Program Kartu Lansia yang dikaji oleh Mendukbangga Wihaji dan Pemprov DKI Jakarta merupakan langkah strategis yang sangat penting dalam menanggapi perubahan demografi Indonesia menuju aging population. Pemberdayaan lansia melalui berbagai fasilitas dan aktivitas dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi masalah sosial seperti kesepian.

Untuk mewujudkan Lansia Berdaya, perlu dukungan berkelanjutan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta sektor swasta dan masyarakat. Penambahan program pendidikan, kewirausahaan, dan pembinaan keluarga lansia harus terus dikembangkan dan didukung agar lansia tetap sehat, produktif, dan memiliki peran sosial yang aktif.

Selain itu, integrasi program seperti Kartu Lansia dengan layanan kesehatan, transportasi, dan ekonomi harus dirancang dengan mempertimbangkan kemudahan akses dan keberlanjutan agar lansia dapat merasa dihargai dan terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.

Foto: Mendukbangga Wihaji. (Taufiq/detikcom)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *