Marcha del Silencio ke-30 di Uruguay: Aksi Hening dan Tuntutan Keadilan

Pendahuluan

Pada tanggal 20 Mei 2025, ribuan warga Uruguay berkumpul di jalanan Montevideo untuk memperingati Marcha del Silencio ke-30. Acara ini merupakan peringatan tahunan yang mengenang korban-korban yang hilang selama rezim militer di Uruguay antara tahun 1973 hingga 1985. Para peserta membawa potret wajah korban sebagai simbol peringatan dan penuntutan keadilan atas pelanggaran hak asasi manusia yang belum terselesaikan hingga kini.

Analisis

Marcha del Silencio, yang berarti “Pawai Keheningan,” menjadi momentum penting untuk menegaskan suara masyarakat Uruguay yang menolak pelupaan sejarah kelam era diktator militer. Aksi hening ini tidak hanya sebagai penghormatan bagi korban-korban yang hilang, tetapi juga sebagai bentuk protes damai terhadap impunitas dan ketidakadilan yang masih berlangsung. Selama rezim militer tersebut, banyak warga yang diculik, disiksa, dan tidak pernah ditemukan lagi. Keberanian masyarakat dalam menggelar aksi ini mencerminkan tekad kuat mereka untuk mengungkap fakta, menuntut pertanggungjawaban pelaku, serta memastikan tidak terulangnya pelanggaran serupa di masa depan.

Dampak sosial dari Marcha del Silencio sangat besar, karena turut mengedukasi generasi muda dan masyarakat luas mengenai pentingnya keadilan transisional dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Aksi semacam ini menjadi alat efektif dalam menjaga ingatan kolektif bangsa dan memperkuat demokrasi serta supremasi hukum.

Data Pendukung

Menurut catatan lembaga hak asasi manusia di Uruguay, diperkirakan terdapat lebih dari 2000 korban penghilangan paksa selama masa pemerintahan militer 1973-1985. Marcha del Silencio pertama kali digelar pada tahun 1995 sebagai reaksi dari kebutuhan untuk menuntut keadilan dan penyebaran kebenaran di masyarakat. Sejak itu, acara ini menjadi ritual tahunan yang dilakukan secara konsisten.

Pakar hukum dari Universitas Uruguay, Dr. Maria Fernandez, menegaskan pentingnya aksi ini dengan mengatakan, “Marcha del Silencio bukan hanya peringatan, tapi juga pengingat akan kewajiban negara untuk menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia dan memberikan penyembuhan bagi korban serta keluarga mereka.” Tambahnya, aksi ini juga menjadi contoh bagi negara-negara lain yang berhadapan dengan masa lalu kelam terkait hak asasi manusia.

Kesimpulan

Aksi hening Marcha del Silencio ke-30 di Uruguay menjadi pengingat penting bahwa perjuangan menegakkan keadilan dan mengakui kesalahan masa lalu harus terus dijalankan. Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam memastikan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia tidak dibiarkan terlupakan, serta mendorong mekanisme keadilan transisional yang efektif. Selain itu, pendidikan mengenai sejarah pelanggaran ini harus diteruskan ke generasi muda agar mereka bisa belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik.

Dengan semangat perdamaian dan keadilan, Marcha del Silencio menunjukkan kekuatan kolektif masyarakat dalam menghadapi trauma sejarah dan memperjuangkan hak asasi manusia yang universal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *