Job Fair di Cikarang Membludak: Kritik DPR dan Tantangan Penyelenggaraan

Pendahuluan

Job Fair di Cikarang, Jawa Barat, baru-baru ini menjadi sorotan publik karena membludaknya jumlah pencari kerja yang hadir. Kegiatan ‘Bekasi Pasti Kerja’ yang digelar oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi ini menarik lebih dari 25.000 pencari kerja, menyebabkan kericuhan hingga sejumlah orang pingsan. Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, memberikan kritikan terhadap penyelenggaraan acara tersebut, menyoroti lemahnya manajemen dan persiapan dalam mengantisipasi lonjakan peserta.

Analisis

Fenomena membludaknya peserta Job Fair ini mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak akan lapangan pekerjaan, terutama di tengah kondisi pandemi PHK yang sedang melanda Indonesia. Namun, kejadian ini juga mengindikasikan bahwa mekanisme teknis yang diterapkan oleh panitia penyelenggara belum memadai dalam mengelola acara berskala besar.

Nurhadi mengkritik kurangnya antisipasi dari penyelenggara dalam mengatur alur peserta, distribusi informasi yang masih konvensional, dan penyatuan titik lokasi acara yang menyebabkan penumpukan massa. Insiden dorong-mendorong dan kericuhan yang terjadi merupakan bukti nyata bahwa sistem perencanaan dan pelaksanaan belum sensitif terhadap kondisi lapangan yang riil.

Lebih jauh, Nurhadi menekankan perlunya pendekatan yang berkelanjutan dan strategi matang dalam penyelenggaraan job fair. Pemerintah daerah diimbau untuk tidak hanya menyediakan fasilitas bagi perusahaan, tetapi juga mendorong keterlibatan aktif mereka dalam penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar guna mengurangi angka pengangguran yang masih tinggi.

Data Pendukung

Menurut laporan, lebih dari 25.000 pencari kerja berkumpul dalam satu lokasi job fair tersebut. Jumlah lowongan yang tersedia hanya sekitar 3.000, sehingga persaingan sangat ketat dan memicu kondisi yang tidak aman bagi peserta. Video viral yang tersebar di media sosial memperlihatkan suasana kericuhan saat para pencari kerja berebut memindai kode QR sebagai syarat masuk melamar pekerjaan.

Menaker Yassierli mengatakan bahwa insiden ini akan menjadi evaluasi bagi Kementerian Ketenagakerjaan, yang juga akan memperkuat koordinasi dengan dinas ketenagakerjaan daerah untuk memperbaiki penyelenggaraan job fair di masa mendatang.

Selain itu, partisipasi aktif perusahaan di kawasan industri Bekasi sangat diperlukan untuk tidak hanya menikmati fasilitas, tapi juga wajib berkontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat lokal.

Kesimpulan

Kembludakan peserta dalam Job Fair di Cikarang memperlihatkan sisi positif dan negatif. Di satu sisi, kebutuhan masyarakat terhadap lapangan kerja sangat besar dan mendesak. Namun, di sisi lain, penyelenggaraan job fair masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal manajemen peserta dan penyediaan lapangan kerja yang realistis.

Disarankan agar penyelenggara memperbaiki sistem perencanaan dengan memperhatikan aspek keamanan, kenyamanan, dan efektivitas distribusi informasi. Penerapan teknologi digital dan pengelolaan alur pengunjung yang lebih baik bisa mengurangi risiko kericuhan dan meningkatkan manfaat dari event ini bagi pencari kerja dan pemberi kerja.

Pemerintah juga perlu menegakkan regulasi yang memastikan keterlibatan aktif sektor industri dalam menyerap tenaga kerja, sehingga job fair tidak hanya menjadi kegiatan simbolis, tetapi dapat benar-benar membantu mengurangi angka pengangguran secara signifikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *