Pendahuluan
Dalam era ekonomi-politik global yang sedang dilanda ketidakpastian dan eskalasi konflik dagang, Indonesia berusaha membuka lembaran baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Situasi ini sangat menantang karena munculnya kebijakan proteksionisme agresif dari Amerika Serikat yang memacu perang dagang dan mengganggu rantai pasok global.
Eskalasi ini memicu dampak negatif secara global, termasuk penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan peningkatan tarif impor yang berdampak pada ekspor dan investasi. Namun, di tengah berbagai tantangan, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang patut diapresiasi.
Analisis Situasi dan Dampak Sosial
Perang dagang dimulai dengan kebijakan proteksionisme Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor secara universal, termasuk tarif tinggi terhadap beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Retaliasi dari pihak Tiongkok menambah ketegangan perdagangan internasional.
Dampak sosialnya sangat besar, mulai dari gangguan pada rantai pasok, melonjaknya harga barang kebutuhan, penurunan ekspor, hingga tertahannya investasi asing. Dalam konteks domestik, kenaikan harga bahan pokok dan pengetatan fiskal mengalami tekanan yang membebani masyarakat, khususnya kelas menengah dan bawah.
Namun, ketahanan Indonesia dapat dilihat dari data pertumbuhan ekonomi yang masih positif, inflasi terkendali, dan defisit anggaran negara yang relatif rendah. Hal ini mencerminkan keberhasilan strategi ekonominya dalam menyerap dan beradaptasi terhadap guncangan eksternal.
Data Pendukung dan Strategi Pemerintah
- Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87% year on year (yoy), sedikit menurun dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,02%.
- Inflasi terkendali pada level 1,03% yoy per Maret 2025, salah satu yang terendah di antara negara-negara G20.
- Defisit APBN hanya sebesar 0,43% dari PDB dengan surplus keseimbangan primer mencapai Rp17,5 triliun.
- Langkah-langkah penting termasuk penetapan harga minimum gabah hasil panen petani di Rp 6.500/kg, alokasi Kredit Usaha Rakyat untuk sektor pertanian dan industri, serta pembentukan holding BUMN Danantara senilai Rp16.800 triliun guna kedaulatan pangan dan energi.
- Dukungan terhadap digitalisasi ekonomi melalui pengembangan Bali Digital Hub, konektivitas 5G, serta penguatan ekosistem startup dan pelatihan talenta digital.
- Partisipasi aktif generasi muda melalui peran Wakil Presiden Gibran sebagai jembatan digital dan sosio-ekonomi untuk memperkuat legitimasi dan efektivitas kebijakan pemerintah.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Indonesia berhasil menunjukkan resiliensi ekonomi di tengah ketegangan ekonomi-politik global yang kompleks. Pertumbuhan yang tetap positif, inflasi terkendali, dan anggaran negara yang sehat merupakan indikator keberhasilan pengelolaan ekonomi nasional.
Transformasi ekonomi yang diinisiasi oleh pemerintah dengan menekankan kemandirian pangan, energi, digitalisasi, dan ekonomi kreatif menjadi kunci strategi untuk menghadapi tantangan global serta mempersiapkan Indonesia menuju masa depan yang gemilang di tahun 2045.
Rekomendasi strategis meliputi penguatan hilirisasi industri, ekspansi ekonomi digital, pengembangan kerja sama internasional yang strategis, serta pembangunan infrastruktur yang inklusif untuk meratakan pemerataan manfaat pembangunan. Keterlibatan aktif masyarakat, terutama generasi muda, sangat dibutuhkan dalam menjamin keberlanjutan dan keberhasilan visi Indonesia Emas 2045.
Aminuddin Ma’ruf
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara