Pendahuluan
Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menyampaikan pentingnya peran PUIC (Parliamentary Union of the OIC Member States/Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI) sebagai motor penggerak peradaban Islam yang ramah, terbuka, dan maju. Dalam konferensi PUIC ke-19 yang digelar di Gedung Nusantara DPR/MPR Republik Indonesia, Ibas mengajak negara-negara OKI bersama-sama melawan islamofobia dan mendukung perdamaian dunia.
Analisis
PUIC bukan sekadar forum diplomasi simbolik, melainkan juga menjadi poros peradaban baru yang memperjuangkan kebebasan, kemakmuran, dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Keseriusan Indonesia dalam memperkuat persatuan negara OKI di dunia Islam tercermin dari komitmen yang disampaikan oleh Ibas saat konferensi tersebut dan pertemuan sebelumnya dengan Sekretariat Jenderal OKI di Jeddah, Arab Saudi.
Konferensi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat diplomasi parlemen Indonesia sekaligus menguatkan ukhuwah islamiyah sebagai semangat persatuan umat.
Tantangan kontemporer seperti konflik yang masih berlangsung di Palestina, Sudan, Suriah, Yaman, dan lain-lain, serta meningkatnya islamofobia global, menjadi isu sentral yang diangkat dalam konferensi ini.
Ibas menegaskan perlunya membangun narasi global yang benar mengenai Islam serta melakukan kampanye kesadaran untuk melawan diskriminasi dan stereotip negatif terhadap umat Islam, hal ini merupakan tantangan bersama negara-negara OKI.
Data Pendukung
Menurut Ibas, OKI memiliki mandat untuk membela hak-hak umat muslim di seluruh dunia dan mendorong terciptanya perdamaian serta stabilitas global. PUIC sebagai wadah parlemen negara-negara OKI diharapkan menjadi sarana efektif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina serta menyuarakan kepentingan umat muslim secara global.
Selain itu, sudah saatnya PUIC berfokus pada peluang kerjasama ekonomi, teknologi, pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan demi kemajuan bersama umat Islam di dunia.
Ibas menegaskan bahwa perjuangan negara-negara muslim tidak hanya berhenti pada pembebasan wilayah tapi juga membebaskan umat dari ketertinggalan ekonomi dan teknologi sehingga dapat hidup maju, sejahtera, dan berkeadilan.
Kesimpulan
Konferensi PUIC ke-19 menjadi wujud nyata diplomasi parlemen Indonesia dalam memperkuat peran serta negara-negara OKI di kancah dunia. Seruan Ibas untuk melawan islamofobia dan mempererat persatuan umat Islam menunjukkan keinginan kuat untuk menghadirkan dunia Islam yang damai, maju, dan berkeadilan.
PUIC harus dioptimalkan sebagai wadah strategis untuk memperjuangkan perdamaian, keadilan sosial, dan kemajuan umat Islam secara holistik, tidak sekadar menjadi forum simbolis. Ini termasuk upaya membangun narasi baru yang positif tentang Islam serta memperkuat kerjasama di berbagai sektor penting.
Upaya ini juga menjadi pembelajaran penting bahwa solidaritas dan persatuan negara-negara Islam mampu memberikan dampak signifikan dalam mengatasi tantangan global seperti konflik dan diskriminasi.
Dengan demikian, langkah konkret seperti kampanye melawan islamofobia, dialog antaragama, dan promosi kemajuan peradaban menjadi kunci utama untuk mewujudkan dunia yang lebih damai dan berkeadilan untuk semua umat manusia.