Pendahuluan
Aman Kaisuku adalah guru ngaji asal Ambon yang pada tahun 2025 berkesempatan menjalankan ibadah haji di Makkah, Arab Saudi. Ia menceritakan pengalaman dan kesyukuran atas layanan yang diterimanya dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang dinilainya sangat ramah dan memuaskan.
Aman mendaftar haji melalui program pemerintah daerah untuk guru ngaji pada 2013 dan ia bersyukur dapat memenuhi biaya perjalanan ibadah haji yang mengalami kenaikan dari Rp 41 juta menjadi Rp 57,6 juta. Meski jadwal keberangkatan pada 2024 dirasakan mendadak, ia menunda dan akhirnya berangkat pada 2025 dengan pengalaman perjalanan yang nyaman dan dipermudah oleh Allah SWT.
Analisis
Viralnya kisah Aman Kaisuku mencerminkan pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendorong guru ngaji untuk menunaikan ibadah haji sebagai bentuk apresiasi atas jasa mereka dalam mendidik masyarakat. Layanan petugas haji yang ramah dan responsif menjadi faktor utama kepuasan jemaah serta menunjang kelancaran ibadah haji di tanah suci.
Dari sudut pandang sosial, pelayanan yang optimal kepada jemaah haji meningkatkan citra positif pemerintahan dan memperkuat semangat religiusitas masyarakat. Hal tersebut juga menjadi motivasi bagi para guru ngaji dan kelompok lainnya untuk menjaga konsistensi dalam pengabdian mereka terhadap pendidikan dan agama.
Data Pendukung
Peningkatan biaya perjalanan ibadah haji dari Rp 41 juta menjadi Rp 57,6 juta pada tahun 2025 mencerminkan perubahan ekonomi dan kebutuhan operasional penyelenggaraan haji. Namun, keberadaan program khusus bagi guru ngaji menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kelompok yang berkontribusi dalam pendidikan agama Islam.
Pakar ibadah haji menegaskan bahwa faktor pelayanan, khususnya keramahan petugas, sangat berperan dalam membentuk pengalaman spiritual jemaah. Sebuah pelayanan yang baik dapat mengurangi beban mental dan fisik jemaah selama berada di tanah suci.
Kesimpulan
Kisah Aman Kaisuku memberikan pelajaran bahwa dukungan pemerintah dan pelayanan yang ramah dari petugas sangat penting untuk menyukseskan ibadah haji. Pemerintah daerah diharapkan mencontoh model ini untuk memberikan kesempatan bagi guru ngaji dan kelompok pengabdi agama lainnya untuk menikmati layanan haji yang maksimal.
Selain itu, pelatihan dan pengembangan kapasitas petugas haji harus terus ditingkatkan demi memastikan setiap jemaah mendapatkan layanan yang layak dan memuaskan. Dengan demikian, ibadah haji akan menjadi pengalaman yang bermakna dan spiritual bagi semua jemaah Indonesia.